Hati Andrea Iannone ambyar. Bukan lantaran hal-hal lain, tetapi vonis 18 bulan tanpa ada balapan itu dipercayanya untuk satu ketetapan yang tidak adil.

Doping Yang Tidak Disengaja

Hasil tes saat balap seri Sepang 2019 lalu memperlihatkan jika Ianonne sudah konsumsi Drostanolone metabolite 2α-methyl-5α-androstane-3α-ol-17-one. Panggilan secara singkat steroid, satu zat yang dilarang untuk dikonsumsi beberapa olahragawan, termasuk juga pembalap grandprix motor.

Bukan disengaja, Iannone akui jika zat itu masuk dalam badannya lewat makanan yang dikonsumsinya. Pembelaan itu dipresentasikannya dalam dengar opini (hearing) di muka Pengadilan Disiplin Internasional FIM (CDI) yang diselenggarakan di Mies, Swiss pada 4 Februari 2020.

Hasilnya di luar sangkaan. Walau pembelaan Iannone diterima, tetapi FIM masih jatuhkan skorsing kepadanya semasa 18 bulan, mulai 17 Desember 2019 (awal berlakunya skorsing sesaat) sampai 16 Juni 2021.

Bos Aprilia, Massimo Rivola juga mengutarakan kekecewaanya atas vonis itu. Ia juga memiliki komitmen untuk mengikuti pembalapnya dalam lakukan banding ke Pengadilan Arbitrase untuk Olahraga (CAS).

Strategi Menang Jackpot Main Mesin Slot Terpercaya

"Beberapa hakim mengaku pengakuan Andrea atas ketidaksadarannya dalam ambil zat itu, membetulkan alasan kontaminasi makanan. Sebab fakta ini, hukuman yang dijatuhkan tidak logis,"tegasnya seperti dikutip Crash.

Masih dari Crash, merek ambassador Aprilia yang juara dunia GP 250cc serta WorldSBK, Max Biaggi juga menjelaskan hal sama. Ia cemas perlakuan semacam itu tidak cuma jadi pukulan buat si olahragawan, tetapi lebih dari pada itu, bisa turunkan motivasi sang olahragawan dalam jalani kerjanya.

Walau terima hasil jelek dari pengadilan FIM, Ianone masih memberi apresiasinya pada seluruh pihak yang sudah memberi dukungan khususnya pada si bos, Massimo Rivola serta pengacaranya, Antonio De Rensis. Hal tersebut disampaikannya lewat account instagram-nya 3 hari kemarin.

Figur Pembalap Agresif

Pembalap 30 tahun itu tidak sempat jadi juara dunia. Prestasi terbaik ialah rangking ke tiga semasa tiga tahun beruntun di kelas Moto 2 (2010-2012).

Di kelas penting, Motogp, Iannone sempat jadi tandem Andrea Dovizioso di team penting Ducati. Sesudah 4 tahun meningkatkan Desmosedici (2013-2016), Ianone putuskan keluar ke team biru, Suzuki. Walau sebenarnya waktu itu, manager Ducati Luigi Dall'igna semakin inginkan dianya untuk temani Jorge Lorenzo, daripada menjaga Dovizioso. Terakhir, ketetapannya tinggalkan Ducati itu disesalinya.

Prestasi the Maniac memble pada tahun pertamanya bersama-sama Suzuki. Baru pada tahun ke dua, ia sedikit melakukan perbaikan penampikannya serta kembali lagi masuk 10 besar klassemen akhir. Sayangnya, prestasinya itu masih di bawah rekanan segrup yang semakin lebih yunior, Alex Rins. Rins sendiri sukses menempati rangking ke-5 klassemen akhir. Musim 2019, Suzuki menyerahkan kursinya pada debutan Motogp, Joan Mir.
Pada akhirnya pemakai nomor 29 itu berlabuh ke Aprilia. Temani sama-sama bekas Suzuki, Aleix Espargaro, Iannone lewat hari-hari susahnya di team yang bertempat di Noale, Itali. Raihannya di team barunya itu jadi catatan keburuknya semasa membalap di kelas penting. Cuma mendapatkan tempat ke-16 klassemen akhir pasti membuat frustasi.

Tetapi pada penghujung musim 2019, Massimo Rivola menjanjikan pembalapnya akan mendapatkan RS-GP yang betul-betul baru pada musim ini. Serta janjinya ditetapi pada tes pra musim di Sepang awal Februari kemarin.

Mesin baru itu berpedoman komposisi V-4 bersudut 90, seperti yang dipakai oleh Ducati Desmosedici. Sayangnya, Ianone tidak dapat menggeber motor baru itu karena skorsing sesaat.

Adanya keputusan FIM, pasti tempat Iannone di Aprilia terancam. Tes pembalap Aprilia, Bradley Smith kemungkinan diplot untuk substitusinya bila usaha banding Iannone ke CAS memperoleh hasil jelek. Tetapi lihat Ianone menggeber all new RS-GP pasti menarik. Sesudah tidak berhasil bersinergi dengan mesin Inline-4 Suzuki serta V-4 pojok 75° Aprilia, dapat jadi ia akan kembali lagi garang dengan racikan baru Aprilia.