Musim MotoGP 2020 memanglah belum sah diawali. Menyebarnya epidemi COVID-19 di penjuru dunia membuat tempat balap motor paling berprestise di dunia itu tidak segera memulai pertandingan. Tetapi, bukan bermakna pertempuran antarpembalap turut berhenti.

Tidak banyak disorot media, rupanya ada pembicaraan yang cukup hebat di antara dua legenda MotoGP, Giacomo Agostini serta Jorge Lorenzo, belakangan ini. Dua legenda beda generasi ini terjebak perang mulut yang dimulai kritikan Agostini pada perform Lorenzo di pengujung profesinya.

Agostini, yang sampai sekarang masih memiliki predikat rider paling sukses selama hidup dengan perolehan 15 titel juara dunianya, menghajar Lorenzo dengan komentarnya:

"2x ia (Lorenzo) tidak berhasil, yaitu di Ducati serta Honda. Saya ketahui, kualitas motor memang penting, tetapi terkadang pikiranlah yang membuat ketidaksamaan"

Tidak terima dengan pengakuan itu, Lorenzo, yang sudah putuskan pensiun untuk rider MotoGP di akhir musim tempo hari, membalas dengan sinis.

"Apa saya berhutang pada orang ini (Agostini)? Ia menjelaskan saya tidak berhasil di Ducati!

"Mudah benar ngomong demikian. Ia kan tidak naik motor semasa 50 tahun," pungkas Lorenzo.

Perlu untuk diketahui, solidaritas Lorenzo dengan Ducati pada musim 2017 serta 2018 sebetulnya tidak buruk-buruk sangat. Rider berjulukan Por Fuera itu sukses mendapatkan tiga kemenangan serta finish di tempat 10 besar di akhir musim. Namun, performanya bersama-sama Repsol Honda pada musim kemarin memang sungguh anjlok, yang selanjutnya membuat Lorenzo putuskan menggantung helm.

Tidak stop sampai disana, Agostini masih menyikapi pengakuan Lorenzo itu dengan tanggapan yang menyerang, "Kebenaran itu menyakitkan. Nak".

"Saya punyai hak untuk mengkritik Anda, sama dengan saya memiliki hak untuk beri pujian Anda di waktu jaya dahulu," tutur Agostini.

Strategi Menang Jackpot Main Mesin Slot Terpercaya

Lorenzo nampaknya memandang pengakuan Agostini itu mulai kelewatan. Di account Instagram pribadinya, pembalap yang sama bernomor 99 ini menulis panjang lebar,

"Saya berharap satu hari kelak, saya tidak memperbandingkan generasi setelah saya dengan masa keemasan saya serta mengatakan, 'Waktu saya jaya dahulu...'

"Tiap waktu mempunyai riwayat serta pemenangnya sendiri. Agostini semestinya tahu itu.

"Anda tetap menjelaskan 'Pada jaman saya' serta gelar ialah salah satu tolok ukur untuk memandang kekuatan seorang rider di jaman kekinian. Dengan semua hormat, saya pikir tidak patut beberapa kata itu keluar dari mulut seorang legenda seperti Anda," papar Lorenzo.

Sampai sekarang ini belumlah ada respon lagi dari Agostini, tetapi saya pikir kita tangkap point keutamaan. Agostini memandang kualitas rider kekinian dengan memperbandingkan dengan keberhasilannya dulu. Perihal ini pula yang tidak dapat diterima oleh Lorenzo, yang sebagai wakil rider generasi muda.

Arogansi Agostini yang tidak ingin lihat keberhasilannya disertai oleh rider generasi sekarang ini pada akhirnya membuat dianya gampang mengomentari perolehan pembalap yang "cuma" dapat membesarkan hati beberapa kemenangan saja.

Sejauh saya memperhatikan, cuma ada satu nama rider generasi muda yang mendapatkan animo Agostini, yaitu Marc Marquez. Kemampuan tingkat dewa The Baby Alien serta dominasinya yang tidak tertandingi memang membuat prestasinya susah dikejar oleh rider lain.

Tetapi, apa itu bermakna jika rider kecuali Marquez mempunyai kualitas yang jelek? Pasti tidak. Di jagad MotoGP, masih ada beberapa nama sekelas Valentino Rossi serta Andrea Dovizioso. Belum juga generasi muda seperti Alex Rins serta Fabio Quartararo. Mereka belum pernah mendapatkan animo dari Agostini sebab tidak mencatat kemenangan sekitar Marquez.

Di sini, Lorenzo jadi suara buat beberapa rider muda. Jika kemenangan tidak selamanya jadi yang penting serta jumlahnya gelar bukan jadi standard salah satu.

Jika memerlukan animo atas tiap usaha bukan hanya bertopang pada nostalgia.